Nama kecil Romo adalah : Hendrikus Loogman, dan setelah menjadi WNI tahun 1981, mengganti namanya menjadi H. Handoyo Lukman MSC. Terlahir sebagai putra ke 10 dari 13 anak hasil perkimpoian Antonius Loogman dengan Digna Berkel. Romo ditahbiskan menjadi imam Katolik pada tanggal 1 September 1963 . Pada tahun 1965 bertugas di Purwokerto, tahun 1968 - 1972 bertugas di Pekalongan, 1972 - 1974 bertugas di Tegal dan tahun 1974 sampai sekarang bertugas di Purworejo. Saat kecil Romo tumbuh di lingkungan pertanian dan peternakan sehingga tak heran kalau begitu mencintai kehidupan alam sebagaimana didikan orangtuanya. Sejak dulu Romo sudah terbiasa memanfaatkan kekayaan alam dengan tanam-tanaman yang ada disekitarnya untuk mengobati hewan, disamping mempergunakannya sebagai jamu untuk kesehatan.
Pengetahuan/ pengalaman Romo, dibidang kesehatan/pengobatan semakin berkembang setelah beliau memperdalam ilmu bandul/ Radiestesi, yang dipelajarinya di pulau Jawa, Indonesia.
Sejak tahun 1974 Romo menetap di Purworejo. Disamping kesibukan sebagai seorang Imam Katolik, Romopun menyempatkan diri memberikan pelayanan kesehatan. Dari waktu ke waktu pelayanan kesehatan ini semakin berkembang, yang akhirnya membawa Romo kepada satu kerjasama dengan dokter Medis. Para dokter ini telah memantau dan mengikuti sendiri praktek serta dampak atau hasil dari pengobatan Romo yang ternyata sangat bermanfaat. Kerjasama dengan pihak medis dilakuakan untuk mencapai tingkat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan dalam menangani penderita. Sekaligus supaya pertentangan dan perbedaan persepsi ' dunia medis ' dan ' pengobatan alternatif ' diasimilasi saling isi mengisi dalam pengertian yang positif.
Pengobatan Medical RadiesthesiPengobatan dengan radiesthesi sebenarnya sudah ada sejak zaman dulu. Tapi kebanyakan orang telah melupakannya karena pengaruh perkembangan zaman dan penemuan2 teknologi kedokteran. Radiesthesi adalah kemampuan manusia mendeteksi dan mengukur radiasi yang dipancarkan oleh mineral, logam, tumbuh2an, hewan atau manusia dengan alat pendulum. Atau manusia dengan kemampuan radiesthesi menerima gelombang2 dari benda yang ada di luar dirinya. Sebab, menurut teorinya, tiap2 benda atau makhluk di dunia memancarkan gelombang elektromagnet.
Menurut asal katanya, radiesthesi berasal dari kata radius (getaran) dan aisthesi (kepekaan). Jadi, radiesthesi berarti merasakan getaran2 gelombang elektromagnet negatif atau positif dari seseorang atau benda.
Cara kerja medical radiesthesi mula2 semua organ pasien dideteksi. Bila diantara organ itu daya pancar gelombangnya kurang dari skala yang ditentukan, berarti bagian itu sakit. Kelebihannya, ia dapat mendeteksi penyakit yang secara medis sulit ditemukan lokasi dan penyebabnya. Bila orang sakit kulit, misalnya, secara medis yang dilihat hanya kulitnya saja. Tapi secara medical radiesthesi, memiliki kemungkinan menemukan latar belakang penyakit kulit itu. Menurut pengalaman, mungkin saja yang diobati bukan kulitnya dulu, tapi livernya atau ginjalnya dulu. Sering terjadi, bila sakit kulit dan diberi salep atau obat alergi, sembuhnya hanya sementara. Nanti kambuh lagi. Tapi setelah diobati livernya, penyakitnya jadi tuntas.
Di sisi lain, dengan sakit dan gejala yang sama, boleh jadi obatnya berbeda buat Polan atau Susi. Buat Polan mungkin cocok dengan antalgin, misalnya, buat Susi tidak. Faktor ini dimungkinkan karena kelemahan si Polah barangkali di liver sedangkan si Susi di paru2.
Memang, pengobatan lewat medical radiesthesi tak selalu seratus persen tokcer. Ada juga yang meleset karena konsentrasi pengobat terganggu, akibatnya apa yang dideteksi meleset. Satu lagi, sembuh tidaknya penyakit seseorang masih dipengaruhi satu faktor lagi: faktor Tuhan. Semuanya tetap kembali kepada-NYA. Manusia berusaha, Tuhan jua yang menentukan hasil akhirnya.
Mengobati secara holistikDalam mengobati pasien, Romo tidak berhenti sampai pemeriksaan fisik si pasien saja, tetapi juga meneliti hal2 di sekelilingnya. Misal, bagaimana keadaan rumahnya. “Jika saya temukan bahwa rumah pasien sangat negatif, saya pelajari juga denah rumahnya. Rumahnya saya netralkan. Kemudian saya tentukan magnet jenis apa yang cocok utnuk ditaruh di rumahnya itu.” Menurutnya, gangguan yang terjadi di rumah, tidak selalu berasal dari makhluk halus, tetapi bisa juga dari struktur tanah, atau letak rumah yang kurang baik. Dan, itu membawa efek kepada penghuni rumah.
Kalau begitu holistik ? “Ya. Secara de facto saya sudah menjalankan pengobatan secara holistik. Feeling saya, kita harus menangani orang seutuh-utuhnya, ya dalam lingkungannya, ya dalam kepercayaannya. Otomatis saya merasakan itu menjadi suatu keperluan. Sistem kami memang merasakan banyak sekali hal yang tidak logis tetapi bisa dilacak sampai dapat,” katanya.
Walaupun banyak pasien yang minta diobati, namun Romo tidak memonopoli pengobatan di tangannya. “Jika ternyata melalui sistem tersebut menunjukkan bahwa si pasien membutuhkan penanganan khusus, seperti tusuk jarum atau bantuan medis, saya akan langsung mengarahkan ia untuk berobat kepada ahlinya,” tambah Romo yang mempelajari magnetis radiesthesi ini secara otodidak itu. Ia menceritakan kejadian tahun 1981 di Purworejo. Seorang wanita berusia 40 tahun datang kepadanya minta diobati karena seluruh tubuhnya dirasa sakit. “Sudah saya beri jamu, tidak sembuh. Saya kasih alat netralisator (kumparan, red.), tidak mempan. Lalu saya pindah ke tingkat psikologis. “Lama2 saya tahu ternyata penyakitnya adalah mendendam. Lalu saya menanyakan bagaimana hubungannya dengan sang ibu. Ketika itu ia menjawab baik. Dia bilang ibunya sudah wafat. Apakah kamu mengantar jenazahnya ke pemakaman ? Kali ini dia menggeleng. Ketemu masalahnya, ternyata penyakitnya ada di dalam hatinya sendiri,” lanjut Romo yang pernah memperdalam pengolhanan spiritual selama 1 tahun di kota Berg en Dal, Belanda. Ia lalu menyuruh perempuan itu ke mesjid, mengambil wudlu, shalat sambil minta ampun kepada Tuhan. “Seminggu kemudian, ia datang kepada saya seperti menjadi orang yang baru. Jadi, saya sudah menjalankan pengobatan secara holistik, hanya pada masa itu, istilah itu belum populer.”